Dinkes Menargetkan Teluk Bintuni Bebas Malaria Tahun 2026
Bintuni,sorotpapua.net – Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni mencatat Annual Parasite Incidence (API) atau angka kesakitan malaria di kabupaten Teluk Bintuni saat ini mencapai 139 kasus.
Angka ini diklaim oleh dinas teknis tergolong tinggi, dan masuk dalam kategori kasus luar biasa atau KLB.
“Belakangan ini kasusnya meningkat terus. Kenapa meningkat? Karena, kita diapit oleh beberapa kabupaten/kota tetangga,” kata Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Frangky D. Mobilala, Selasa (9/7/2024).
“Boleh dibilang kasus malaria yang terjadi di sini karena aktivitas penduduk yang keluar masuk,” sambungnya.
Ia mengungkap, pemerintah sempat menargetkan di tahun 2020, kabupaten Teluk Bintuni bebas dari malaria. Namun, karena situasi dan kondisi tertentu, membuat target tersebut belum tercapai.
Saat ini, Dinkes Teluk Bintuni tengah mencoba kembali upaya-upaya yang tertunda untuk mengejar target bebas malaria yang direncanakan pada tahun 2026 mendatang.
“Strategi kami sekarang ini, fokus untuk beberapa distrik yang jadi sasaran. Kami sudah petakan, mana yang daerah hijau, mana yang kuning dan mana yang merah,” sebutnya.
Terkait sebarannya, ia menyebut, beberapa distrik sudah masuk zona merah, dimana terdapat sekitar delapan distrik yang tersebar di kabupaten Teluk Bintuni termasuk dua distrik perkotaan yakni Bintuni dan Manimeri.
“Karena itu, seluruh sumber daya kami, difokuskan kesitu,” jelasnya.
Tim Gabungan Instansi Kesehatan Lakukan PE
Sebagai langkah konkrit, Mantri Senior bidang kesehatan di Teluk Bintuni itu mengatakan, Dinkes Papua Barat dan Dinkes Teluk Bintuni tengah berkolaborasi dengan turun langsung ke wilayah endemik.
Dimana, pada Selasa pagi, tim gabungan tersebut bertolak menuju Yaru, Aroba dan Fafurwar, guna melakukan penyelidikan epidemiologi atau PE kasus malaria yang marak di wilayah tersebut.
“Tim kesana itu untuk mencari tahu penyebab terjadinya kasus malaria yang berulang-ulang. Tim ingin mencari darimana sumbernya. Karena, wilayah-wilayah tersebut menjadi sumber penyebaran malaria bagi distrik sekitar, termasuk Babo,” bebernya.
Kesempatan ini, Mobilala mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang bepergian ke luar daerah selama 2 minggu, agar melakukan tes malaria saat kembali.
Ia menjelaskan, tes ini sangat penting, dan jika positif malaria, bisa segera diobati guna memutus mata rantai penyebaran kasus baru serta mencegah terjadinya sumber penularan.
Disisi lain dengan keterlibatan masyarakat dalam program pencegahan malaria, ia menyatakan, akan membantu pemerintah sehingga target eliminasi malaria dapat tercapai.
“Kepada masyarakat yang berdomisili di wilayah endemik malaria, kami sarankan untuk tidur memakai kelambu,” pesannya.